Selasa, 31 Januari 2017

Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

 

Kelapa Sawit merupakan salah satu tumbuhan penghasil minyak yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi dari seluruh dunia. Selain harganyamurah, produk minyak sangat efisien dan sangat stabil digunakan dalam berbagai produk makanan, kosmetik, dan juga digunakan sebagai sumber untuk bahan bakar atau biodiesel. Kebanyakan Perkebunan kelapa sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena jenis pohon kelapa sawit membutuhkan suhu hangat, sinar matahari yang cukup dan hujan untuk memaksimalkan hasil produksi. Indonesia merupakan negara yang memiliki suhu tropis yang sangat cocok untuk mengembangkan lahan kebun untuk kelapa sawit

 

 

 

 

Perkebunan kelapa sawit dalam jangka panjang sejauh ini telah mengalamipeningkatan permintaan global yang menunjukkan tren konsumsi populasi global dalam minyak. Indonesia sendiri diharapkan menjadi produsen kelapa sawit terbesar yaitu 33, 5 juta dan diikuti oleh negara Malaysia, Thailand, Colombia, dan Nigeria 

  

Perkebunan kelapa sawit penghasil devisa negara terpenting

 

Perkebunan kelapa sawit dan pengolahan industri di Indonesia adalah kunci untuk perekonomian negara. Pengeksporan minyak sawit merupakan penghasil devisa penting dan industri yang memberikan kesempatan kerja bagi jutaan rakyat Indonesia. Hampir 70 persen dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang terletak di Sumatera, dimana industri dimulai pada masa kolonial Belanda. Sisanya - sekitar 30 persen - sebagian besar ditemukan di pulau Kalimantan.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia mengatakan bahwa total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini berkisar 8 juta hektar yaitu dua kali lebih banyak pada tahun 2000 yang pada tahun tersebut hanya sekita empat juta hektar tanah Indonesia yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020.

Perusahaan swasta sebesar seperti Grup Wilmar dan Sinar Mas memproduksi sekitar setengah dari total produksi perkebunan kelapa sawit milik negara yang memainkan peran sederhana dalam industri minyak sawit Indonesia. 

The Indonesian Palm Oil menyatakan bahwa Indonesia memiliki target jangka panjang yang dapat memproduksi hingga 40 juta ton CPO per tahun di tahun 2020 karena pemerintah ingin meningkatkan peran CPO dalam perekonomian domestik di tengah meningkatnya permintaan CPO continuesly global (naik sekitar lima juta ton per tahun).

 

Jenjang Karir di Dunia Perkebunan

Jenjang Karir di Dunia Perkebunan

Dunia perkebunan memiliki ciri khas tersendiri, bisa jadi karena perkebunan sudah ada sejak jaman Belanda dulu, maka jenjang karir pun banyak mengadopsi gaya Belanda. Bahkan sebutan untuk jabatan tertentu masih mempertahankan ciri perkebunan Belanda seperti Administerateur yang sebenarnya adalah kepala/manager kebun.
Seiring dengan perkembangan dunia perkebunan, jenjang karir banyak mengalami penyesuaian terutama pada level Direksi sedangkan untuk level karyawan pelaksana di lapangan masih umumnya masih mempertahankan peninggalan jaman Belanda walaupun istilah atau sebutannya diganti dengan yang lebih modern.
Jenjang karir di satu perusahaan perkebunan kemungkinan berbeda satu sama lain, hal tersebut tentu dipengaruhi oleh struktur perusahaan secara keseluruhan.

Untuk memperjelas tanggung jawab masing-masing jabatan mari kita lihat satu persatu, istilah mungkin berbeda di setiap perusahaan, kita mulai dari yang paling bawah:
1. Pelaksana di Lapangan
Adalah pelaksana kegiatan perkebunan sehari hari seperti panen, pemeliharaan, pengangkutan dan pekerjaan-pekerjaan fisik lainnya. Pelaksana di lapangan dapat berstatus karyawan tetap atau karyawan harian lepas. Karyawan harian lepas adalah level yang paling bawah, jika bekerja dengan baik biasanya akan direkrut menjadi karyawan tetap.
2. Mandor/Krani
Biasaya diangkat dari karyawan yang kinerjanya baik. Tugasnya mengawasi kerja beberapa orang karyawan lapangan dengan tugas tertentu, misalnya mandor panen, mandor sadap, mandor pemeliharaan dll. Untuk kegiatan di lapangan disebut mandor sedangkan untuk kegiatan kantor disebut krani tapi sebenarnya memiliki level yang sama.
3. Mandor Besar/Krani Kepala
Dapat dikatakan wakil Asisten/sinder. Tugasnya meliputi semua kegiatan di satu afdeling/divisi. Diangkat dari mandor yang memiliki kinerja baik dan berjiwa pemimpin. Untuk kegiatan di lapangan disebut mandor besar sedangkan untuk kegiatan kantor disebut krani kepala tapi sebenarnya memiliki level yang sama
4. Asisten/Sinder
Bisa diangkat dari Mandor Besar atau langsung sebagai karyawan pimpinan melalui proses rekrutmen karyawan pimpinan. Saat ini untuk langsung melamar sebagai Asisten umumnya diperlukan minimal lulusan sarjana. Tugasnya mengawasi dan mengkordinir kegiatan dalam satu afdeling.
Satu orang yang mengurusi kegiatan administrasi di kantor kebun biasanya disebut Kepala tata usaha (KTU) atau sinder kantor sebenarnya selevel dengan Asisten/sinder. Di Kantor Direksi biasanya selevel dengan Asisten/staf kepala urusan.
5. Asisten Kepala/Sinder Kepala
Satu level di bawah Administeratur, tugasnya mengawasi beberapa afdeling dan lebih ditekankan pada masalah di lapangan. Kebun yang memiliki banyak afdeling biasaya memiliki lebih dari satu Asisten Kepala untuk membantu Manager/Administerateur. Di Kantor Direksi biasanya selevel dengan kepala urusan.
6. ADM (Administerateur)/Manager
Orang yang mengepalai kebun, semua kegiatan kebun terpusat pada ADM/Manager yang berhubungan langsung dengan kantor direksi.
7. Kepala Bagian
Ruang lingkupnya lebih luas mencakup satu perusahaan sesuai tugasnya, misalnya Kabag. Tanaman, Kabag. Keuangan, Kabag. Pemasaran, dll.
8. Direksi
Biasaya terdiri dari satu Direktur Utama dan beberapa Direktur yang memiliki tugas khusus, seperti: Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran, dll.
Di setiap perusahaan kemungkinan akan berbeda, dan jenjang karir di atas adalah jenjang karir yang lebih berkaitan dengan produksi dalam hal ini budidaya tanaman karena inti dari perusahaan perkebunan adalah budidaya, pengolahan dan pemasaran. 
Semoga bisa bermanfaat.

Untukmu yang sedang merasa gagal : Ini sungguh terlalu dini untuk menyerah

Untukmu yang Sedang Merasa Gagal: Ini Sungguh Terlalu Dini untuk Menyerah

 


 


Coba sebutkan satu saja nama seseorang yang anda tahu persis, belum pernah menemui satu kegagalan pun dalam hidupnya. Bisa? Sama, saya juga tidak
Bahkan Bill Gates pernah melewati beberapa fase yang lazim disebut “kegagalan” oleh banyak orang: dropout dari Harvard University dan pernah bekerja untuk salah satu perusahaan yang kemudian gulung tikar.
Albert Einstein baru bisa berkomunikasi lisan pada usia 9 tahun dan sempat ditolak untuk melanjutkan pendidikan di salah satu politeknik terkemuka di Zurich.
Thomas Alva Edison berhasil mempelajari seribu kesalahannya dalam menciptakan bola lampu, hingga akhirnya kemudian berhasil menemukan formula yang tepat pada percobaan yang ke seribu satu.
Dan saya, ah saya. Nama saya belum sebesar nama-nama di atas dan karya saya belum dikenal oleh banyak orang. Tapi tentu saja, seperti orang-orang lainnya, saya pernah juga mengalami beberapa pembelajaran yang mungkin bisa disebut sebagai kegagalan. Dan saya juga tidak selalu berada dalam kondisi siap ketika menemui hal-hal macam itu. Ada beberapa fase dimana saya tentu sempat bertanya-tanya, “Kenapa saya? Apa kesalahan yang pernah saya lakukan hingga bisa diberi kegagalan seperti ini? Apa ini ganjaran atas perbuatan di masa lalu saya yang kurang mengenakkan bagi orang lain?”, dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berlanjut hingga akhirnya saya mampu berpikir jernih dan kembali memutar otak untuk tidak berkubang pada permasalahan yang sama, namun bagaimana mengubah pola pikir untuk menganggap jalan untuk keluar dari masalah tersebut adalah jalan yang sama untuk meraih keberhasilan.
Saya perlahan-lahan mulai belajar bahwa hal-hal extraordinary yang berada di luar dugaan kita sebagai manusia, hal-hal yang biasa disebut “kegagalan” ini adalah hal yang lumrah dialami oleh siapapun, tanpa kecuali, selama masih hidup di dunia. Memang, mungkin hal-hal ini memiliki kaitan tertentu dengan perbuatan yang pernah kita lakukan di masa lampau. Bukan seperti ganjaran atau balasan, sebab saya yakin semesta bekerja dengan sangat baik hati, bahkan ‘hukuman’ pun bukan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan sebuah kegagalan. Hal-hal yang disebut kegagalan ini lebih kurang mirip seperti hubungan sebab-akibat. Kita berproses dengan tidak maksimal, tentu hasil yang didapat tidak akan maksimal juga. Kita tidak memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk mendidik buah hati dengan baik, maka proses pembelajaran mereka juga jadi tidak optimal.
Setelah sedikit banyak mulai paham bahwa kegagalan itu lumrah, lazim, common, b aja… Terus gimana dong menyikapi datangnya hal-hal macam itu?
Gagal itu pasti, selain jatah gagal harus dihabiskan dulu kalau kata Pak Dahlan Iskan, yang mempengaruhi semesta kita masing-masing sebenarnya bukan gagalnya itu, tapi bagaimana reaksi kita terhadapnya: menolak dan terus-menerus meratapi kesalahan, atau belajar menerima dan bersedia untuk mengoreksi kembali.
Karena hal-hal extraordinary hanya datang pada orang-orang yang siap untuk jadi extraordinary, saya percaya kalau diperlukan taktik-taktik dan sikap-sikap yang extraordinary juga dalam menghadapinya. Cara yang ordinary itu seperti apa? Banyak! Galau terus-terusan, baper ndak mau move on, takut mencoba lagi, terkungkung dalam rasa rendah diri… Nah, kan menjijikkan sekali!
Kita manusia-manusia extraordinary harus pakai cara tergila mungkin: jadikan gagal sebagai pondasi keberhasilan.
Gagal dijadikan pondasi keberhasilan itu maksudnya gimana? Bukannya dimana-mana, keberhasilan yang besar itu dihasilkan dari keberhasilan kecil yang kita lakukan setiap harinya? Not really. Ungkapan itu ada benarnya, tapi kalau dari gagal aja kita sudah bisa membangun optimisme, lalu optimisme itu dipupuk terus, dikit demi sedikit dibangun dan diupgrade, toh ujung jalannya akan sama juga kan? Keberhasilan yang besar.
Michael Jordan has amazingly said,
“I've missed more than 9,000 shots in my career. I've lost almost 300 games. 26 times, I've been trusted to take the game-winning shot and missed. I've failed over and over and over again in my life. And that is why I succeed.”
Another extraordinary person with extraordinary thoughts!
Jadi, untukmu, yang sedang merasa terpuruk atau resah gelisah tak tentu arah, diombang-ambingkan dan merasa dipermainkan keadaan, coba mindsetnya dibalik. Jangan mau diperalat situasi, tapi peralat situasi, cari celah dan manfaatkan baik-baik.
It’s not only about the timing, it takes courage, too. Life is like a game of uncertainty, assume well and play good.

 


 

Jangan jadi generasi :Lulus,Bekerja,Menikah, Lalu Sudah


Jangan Jadi Generasi: Lulus, Bekerja, Menikah, Lalu Sudah

Setiap orang pasti ingin hidup bahagia. Setelah lulus langsung bekerja. Mencari uang sebanyak-banyaknya agar cukup menghidupi hingga hari tua. Setelah merasa cukup stabil untuk urusan harta, pikiran selanjutnya adalah menikah. Melamar sosok idaman yang sedari dulu menjadi pujaan hati. Kemudian kalian memiliki buah hati. Membesarkannya hingga dia bisa mandiri. Lalu hidup tenang-tenang saat tua nanti. Ini adalah keinginan sederhana setiap orang.

Tapi coba deh dipikir lagi. Apa iya hidup cukup kamu isi dengan rutinitas yang itu-itu saja?
  • Melihat orang sekitar yang selalu melakukan pola yang sama, kamu pun jadi merasa itu adalah hal yang normal dan biasa

     Jika dipikir-pikir, lingkungan mendidik kita dengan pola yang sama. Lulus kuliah lalu didorong segera dapat pekerjaan. Setelah pekerjaan mapan, pertanyaan “Kapan nikah?” tak henti-hentinya dilontarkan. Kita memang selalu digiring ke arah sana. Karena standar kesuksesan hanya dilihat dari keberhasilan karir dan rumah tangga yang didapat bersamaan.
    Padahal, kadang ada seseorang yang tak bisa mendapat keberhasilan itu secara bersamaan. Jika karir berhasil, belum tentu terjadi juga pada kehidupan percintaannya. Dan begitu sebaliknya.
  • Selama ini kita merasa kalau bekerja, menikah, punya anak itu segalanya. Padahal banyak hal lain di luar sana

    Bekerja, menikah, punya anak dan membesarkannya hingga dia bisa mandiri. Sederhana saja impian hidup kita. Dengan pola pikir seperti itu, kita merasa bahwa bahagia akan datang ketika kita bisa hidup lurus-lurus saja. Namun hidup yang lurus-lurus aja juga akan membuat matamu tertutupi bahwa dunia ini luas.
    Masih banyak hal lain di luar sana yang bisa membuatmu bahagia. Kamu masih muda. Jalanmu masih panjang. Kamu berhak punya tujuan hidup yang lebih besar dari sekadar menikah lalu punya anak.

     

  • Bukankah dulu kamu punya cita-cita yang luar biasa? Jangan biarkan dia pergi begitu saja

     Padahal saat kamu masih kecil, pikiranmu begitu bebas melayang kemana-mana. Kamu pernah punya impian mengelilingi dunia. Agar bisa melihat hal-hal baru yang akan meluaskan wawasanmu. Rasanya bercita-cita saat masa kecil terasa sangat mudah.Lalu kini kemana perginya cita-citamu yang luar biasa itu? Kamu boleh realistis, tapi jangan biarkan cita-cita besarmu pergi begitu saja.

  • Sebagai anak muda yang kreatif, kamu perlu lebih percaya diri. Beranilah untuk bermimpi tinggi

    Cobalah untuk lebih berani menghadapi masa depan. Kadang kita kurang percaya diri dalam menghadapi hal-hal yang akan datang. Karena inilah akhirnya kita ragu, lalu memilih untuk mengikuti jalan yang dianggap aman.
    Padahal kalau kamu sedikit lebih percaya diri, mewujudkan mimpi agaknya bukan hal yang mustahil. Biarkan kesalahan yang kemungkinan kamu perbuat bisa menjadi bahan pelajaran
  • Jangan sampai kamu menyesal dengan hidupmu, lakukan hal yang kamu mau agar tak ada sesal nantinya

    Keraguan dan ketakutanmu saat melangkahkan kaki akan merugikanmu. Jika kamu tak melakukan hal-hal yang kamu mau hanya karena takut resikonya, kamu jelas merupakan orang-orang yang merugi.
    Hidup ini cuma sekali, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Kejarlah cita-citamu yang setinggi langit itu. Jangan biarkan ia menguap begitu saja di udara. Ambil setiap resiko yang ada dengan kepala tegak menghadap ke depan. Meski nanti pilihanmu salah, namun paling tidak kamu sudah mencoba sehingga kamu tak ada sesal yang tersisa.
    Mumpung masih muda, nih. Kenapa tak mencoba segala kemungkinan yang ada? Jangan mau jadi generasi yang gitu-gitu aja.